Transformasi Botol Plastik Bekas: Inovasi Mahasiswa KKN Undip yang Efektif Atasi Serangan Lalat Buah pada Tanaman Cabai

Desa Malangsari, 02/08/2024 - Lalat buah (Bactrocera sp.) masih menjadi hama utama pada komoditas hortikultura, tak terkecuali cabai. Lalat buah menyerang tanaman cabai dengan cara meletakkan telurnya di dalam buah kemudian berkembang menjadi larva. Serangan lalat buah seringkali terjadi saat buah mulai masak dan menyebabkan munculnya titik hitam pada pangkal buah hingga bercak putih pada tubuh buah.

Desa Malangsari, yang terkenal sebagai produsen tanaman cabai, dihadapkan dengan tantangan besar dalam mengendalikan populasi lalat buah. Hama tersebut mampu menurunkan hasil panen secara signifikan, bahkan mencapai 80% apabila tidak ditangani dengan baik. Bapak Kirwiyono selaku Kepala Desa Malangsari menyampaikan bahwa cabai yang sudah terserang lalat buah mengalami penurunan kualitas, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

“Saat ini kerusakan pada tanaman cabai paling banyak disebabkan oleh lalat buah. Cabai yang sudah busuk tidak lagi dapat dijual, sehingga para petani mengalami kerugian secara ekonomi” ujar Bapak Kirwiyono.

Dilatarbelakangi dengan permasalahan tersebut, Rizka Radinka Syafri (Bioteknologi 2021) selaku Mahasiswa KKN Tim II Undip 2023/2024 berinisiatif untuk mengadakan Workshop Penanganan Lalat Buah dengan Yellow Trap dan Petrogenol bersama Kelompok Tani Desa Malangsari. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (02/08/2024) di Balai Desa Malangsari, Desa Malangsari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung.

Yellow trap merupakan perangkap berwarna kuning yang dilengkapi dengan petrogenol. Petrogenol mengandung metyl eugenol yang berfungsi sebagai zat atraktan yang dapat memikat lalat buah. Petrogenol bekerja dengan cara memancarkan aroma khusus yang menyerupai feromon lalat buah betina. Sementara itu, warna kuning digunakan sebagai pengontrol perilaku hama karena lalat buah cenderung tertarik terhadap spektrum warna kuning hingga hijau.

Tujuan dari workshop ini, yakni untuk memanfaatkan botol plastik bekas air mineral sebagai komponen utama yellow trap, sekaligus mengurangi penggunaan pestisida kimia yang berlebihan. Yellow trap juga dinilai lebih efektif, ramah lingkungan, dan mendukung praktik sustainable agriculture.

Terdapat tiga sesi utama pada program workshop ini meliputi sesi pemaparan materi, demonstrasi pembuatan yellow trap, dan tanya jawab dengan audiens. Selama sesi pemaparan materi, audiens diberikan penjelasan tentang pengertian dan manfaat yellow trap, klasifikasi lalat buah, serta cara pembuatan yellow trap.

Pembuatan yellow trap diawali dengan botol plastik bekas dicat warna kuning dan dikeringkan, lalu botol diberi lubang untuk memberikan akses masuk bagi lalat buah. Kawat disiapkan untuk menggantungkan kapas dengan cara dipotong dan dipasangkan pada tutup botol. Kapas tersebut diteteskan dengan senyawa petrogenol hingga basah. Bagian bawah botol selanjutnya diberikan air yang telah dicampurkan dengan detergen secukupnya. Perangkap kuning siap digunakan.

Dengan adanya teknologi sederhana ini, diharapkan Kelompok Tani Desa Malangsari dapat mengendalikan hama secara alami tanpa merusak ekosistem. Lebih lanjut lagi, aplikasi yellow trap juga mendukung ketahanan pangan nasional melalui peningkatan hasil panen yang berkualitas.


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat