Temanggung (02/08/2024) – Kelompok Tani Desa Malangsari kini tengah dihadapkan dengan masalah serius akibat hama Thrips dan virus Gemini. Thrips biasa menyerang daun tanaman cabai dan mengisap cairan selnya. Alhasil daun menjadi mudah rontok, keriting, mengerut, melengkung ke atas, serta terdapat bercak berwarna perak (silvering). Serangan hama tersebut tidak hanya menurunkan kualitas, tetapi juga kuantitas hasil panen hingga mencapai 25 – 50%. Lebih parah lagi, Thrips seringkali menjadi vektor bagi virus Gemini yang merupakan penyebab penyakit kuning keriting pada cabai.
Upaya yang telah dilakukan oleh para petani cabai setempat, yaitu dengan memberikan pestisida kimia dan menerapkan metode tumpangsari. Namun, hingga saat ini belum diperoleh hasil yang signifikan atau dengan kata lain serangan patogen masih saja terjadi. Di sisi lain, penggunaan pestisida kimia secara berkepanjangan dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.
Berangkat dari permasalahan yang ada, seorang mahasiswa KKN Tim II Undip 2023/2024 bernama Rizka Radinka Syafri (Bioteknologi 2021) mengambil langkah inovatif untuk menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Spray Biopestisida dari Daun Sirsak untuk Mengatasi Hama Thrips dan Virus Gemini pada Tanaman Cabai. Kegiatan ini diadakan bersama Kelompok Tani Desa Malangsari pada Jumat (02/08/2024) di Balai Desa Malangsari, Desa Malangsari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung.
Karsono, seorang petani cabai di Desa Malangsari, terlihat antusias selama sesi pemaparan materi dan tanya jawab. “Permasalahan yang kami hadapi sebenarnya sangat banyak dan beragam, tetapi kedua hama tersebut termasuk yang sulit untuk diatasi” ujarnya.
Biopestisida dari daun sirsak memiliki beberapa keunggulan antara lain ramah lingkungan, bahan baku mudah dicari, dan biaya produksinya terjangkau. Daun sirsak dipilih karena mengandung senyawa aktif squamosin, asimisin, dan tannin yang efektif mengendalikan hama Thrips dan virus Gemini.
Cara pembuatannya cukup sederhana, daun sirsak sebanyak 20 lembar dipotong dan dihaluskan dengan blender. Lalu, daun sirsak tersebut dicampurkan dengan 1.5 liter air dan ditambahkan detergen sebanyak 6 gram. Larutan didiamkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan kain. Sebelum diaplikasikan, larutan diencerkan dengan air agar konsentrasinya tidak terlalu pekat (larutan : air = 1 : 10). Biopestisida umumnya disemprotkan 1 minggu sekali pada pagi atau sore hari.
Penggunaan pestisida berbahan alami seperti daun sirsak diharapkan dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi petani cabai dalam mengelola hama dan penyakit pada tanaman. Lebih lanjut, penggunaan biopestisida dari daun sirsak ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil panen sekaligus memperkuat kondisi perekonomian Kelompok Tani Desa Malangsari.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook